Senin, 15 Juni 2009

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam negeri dan faktor dari luar negeri.
Faktor-faktor dari dalam negeri:
a. Penderitaan akibat penjajahan
b. Kesatuan Indonesia di bawah Pax Neerlandica
c. Perkembangan komunikasi
d. Penggunaan Bahasa Melayu
e. Ditetapkannya Undang-Undang Desentralisasi 1903
f. Reaksi terhadap perlawanan yang bersifat kedaerahan
g. Inspirasi kejayaan masa lalu
h. Terbatasnya kesempatan bagi Bangsa Indonesia di Bidang Pengajaran dan Pendidikan
i. Gerakan orang-orang Cina yang mendirikan perguruan bagi masyarakat mereka sendiri (Tionghoa Hwee Kwan)

Faktor-faktor dari luar negeri:
a. Dampak pendidikan luar negeri
b. Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905
c. Nasionalisme Asia

Faktor-faktor itu menyebabkan perkembangan pergerakan di Indonesia semakin mengalami peningkatan. Hingga akhirnya di awal abad ke-20, di Indonesia timbul kesadaran untuk menghadapi situasi keterbelakangan akibat kolonialisme dan tradidionalisme. Bangsa Indonesia sadar adanya diskriminasi antara bangsa penjajah dan bangsa terjajah. Posisi mereka yang terbelakang itulah yang menyebabkan keinginan untuk maju dan berpendidikan.
Salah satu organisasi yang ikut mewarnai kiprah perjuangan pergerakan kebangsaan Indonesia adalah Sarekat Islam. Organisasi ini memunculkan corak nasoinalisme, ekonomis, dan religius. Oleh karena itu, penulis hendak mencoba memaparkan sejarah perjuangan Sarekat Islam dalam blantika perjuangan Bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Sarekat Islam merupakan salah satu organsisai pergerakan terbesar yang pernah muncul di Indonesia. Dalam hal ini penulis hendak memaparkan kiprah Sarekat Islam sebelum masa peroklamasi kemerdekaan. Poin-poin yang dianggap penting untuk dijadikan topik pembahasan antara lain:
1. Apa yang menjadi penyebab munculnya pergerakan Sarekat Islam?
2. Bagaimana sejarah pergerakan Sarekat islam?
3. Ideologi apa yang digunakan gerakan Sarekat Islam?
4. Bagaimana kondisi objektif rakyat Indonesia di masa penjajahan?


BAB II
Pembahasan

A. Munculnya Gerakan Sarekat Islam
Sebelum menggunakan nama Sarekat Islam, organisasi ini bernama Saarekat Dagang Islam (SDI), yang didirikan oleh Wirjodikoro yang setelah menunaikan ibadah haji bernama Haji Samanhudi di Solo pada akhir 1911. Sebenarnya ada pula sebagian pendapat yang mengatkan bahwa SDI telah berdiri pada tahun 1905. Tujuan SDI adalah memajukan perdagangan, melawan monopoli Toinghoa dan memanjukan Agama Islam. Karena itulah, SDI disebut gerakan nasionalistis-religius-ekonomis.
Dalam perkembangannya, SDI tidak sekadar menjadi organisasi yang ebrgeak dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang politik. Perjuangan dalam bidang politik dilakukan sebagai reaksi atas Christelijke Zending atauKristening-Politiek yang dilakukan terhadap pengajaran agama di Indonesia. Namun, Belanda justru memberi kesempaatan kepada pengajaran zending dan missie. SDI adalah simbol perlawanan atas kesewenang-wenangan Pemerintah Kolonial Belanda.
SDI mengarahkan pergerakannya di kalangan rakyat kebanyakan. Salah satu sebab berdirinya SDI adalah untuk melawan perdagangan Bangsa Tiionghoa, maka sering terjadi permusuhan dan persaingan natara pedanagn Toinghoa dan Pedagang Islam (Indonesia). Hal ini menimbulkan ketegangan dikedua belah pihak yang menebabkan terjadinya huru-hara. Pemerintah menganggap SDI bertanggung jawab atas semua ketegangan-ketegangan tersebut. Maka SDI diskors oleh Residen Surakarta pada tanggal 12 Agustus 1912. Namun, karena tidak ada tanda-tanda penentangan SDI, maka tanggal 26 Agustus 1912, skorsing itu dicabut kembali.
1. Perubahan Sarekat Dagang Islam menjadi Serekat Islam (SI)
Di kalangan para pemimpin SDI timbul niat untuk memperluas kegiatannya. Pada tanggal 10 September 1912 dengan kedatangan H. O. S. Tjokroaminoto maka disusunlah Anggaran Dasar (AD) baru yang isinya memperluas dan mempergiat usaha di bidang social, pendidikan, agama serta perubahan nama menjadi Sarekat Islam (SI) yang pengesahannya dilakukan di hadapan notaris B. Terkuile. Kemudian tanggal 12 September 1912 setelah sampai di Surabaya Tjokroaminoto menyampaikan AD SI itu. Haji Samanhudi menjabat Ketua Pengurus Besar yang pertama dan Tjokroaminoto sebagi Komissarisnya.
Peraturan tersebut memungkinkan pembentukan cabang-cabang di bawah peimpinan pengurus besar. AD tersebut memuat tujuan SI yaitu:
ü Memajukan perdagangan
ü Memberikan pertolongan kepada anggota yang mengalami kesukaran (semacam koperasi)
ü Memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk pribumi
ü Memajukan Agama Islam
Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan bahwa SI lebih menitikberatkan pada bidang ekonomi dan agama. Sementara tujuan politik tidak ada. Akan tetapi ini hanyalah siasat belaka karena memang pada saat itu kegiatan perpolitikan dilarang pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah pasal 111. Sememntara dalam aksinya justru banyak menentang pemerintahan. Maka tak diragukan lagi, periode SI adalah periode kebangkitan revolusioner dalam arti tindakan yang gagah berani melawan penindasan kolonial.
Kongres SI pertama berlangsung pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya. SI berhasil berkembang dengan baik. Misalnya SI cabang Jakarta memiliki 13.000 anggota. Oleh kekhawatiran itu, pemerintah kolonial berusaha membendung gerakan ini. Mereka menyebutkan bahwa semua cabang harus berdiri sendiri. Penetapan ini dikeluarkan apda tanggal 30 Juni 1913.
SI-SI lokal memiliki tujuan AD yang sama, yaitu:
ü Memajukan pertanian, perdagangan, kesehatan, pendidikan, dan pengajaran
ü Memajukan hidup menurut perintah agama dan menghilangkan paham-paham yang keliru dalam Agama Islam
ü Mempertebal rasa perasudaraan dan saling tolong menolong di antara anggotanya
Pada tahun 1913, SI daerah yang diakui pemerintah berjumlah 56 buah. Untuk mengkoordinasi SI-SI local itu, pimpinan SI berinisiatif membentuk Central Sarekat Islam (CSI). CSI berhasil memperoleh pengesahan hokum dari pemerintah tertanggal 18 Maret 1916. Pengurus CSI yang pertama adalah Tjokroaminoto (ketua), Abdul Muis dan H. Gunawan (wakil ketua), dan Haji Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Pada tanggal 17-24 Juni 1916, CSI mengkoordinasi SI local untuk mengadakan kongres yang diselenggarakan di Bandung. Perwakilan dari SI-SI local itu berjumlah delapan puluh. Kongres dipimpin oleh Tjokroaminoto. Jumlah anggota yang mewakili lebih kurang 360.000. Jumlah semua anggota pada saat itu lebih kurang 800.000.
Sarekat Islam mengajukan dua nama untuk menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) yang dibuka pada tanggal 18 Mei 1912. SI mengirimkan Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai perwakilan mereka.
Kongres Nasional SI ketiga yang dilaksanakan pada tanggal 29 September-6 Oktober 1918 di Surabaya. Kongres memutuskan untuk menentang Pemerintahan Belanda sepanjang tindakannya melindungi kapitalisme, anggapan pegawai negeri Indonesia sebagai alat penyokong kepentingan kapitalis, mengadakan peraturan tentang kaum buruh untuk menentang kapitalisme, dan mengorganisasi kaum buruh. SI menggabungkan diri kedalam Radicale Concertatie pada tanggal 16 November 1918.
Kongres keempat pada tanggal 26 Oktober-2 November 1919 di Surabaya. Dalam kongres ini pembicaraan utamanya adalah tentang serikat sekerja. Orang yang ditunujk sebagai pemimpin sarikat sekerja adalah Sosorokardono Sememntara peningkatan jumlah anggota SI meenjadi 2juta lebih anggota.

2. Seputar Lambang Banteng Dalam Sarekat Islam
Pada masa awal, Si menggunakan lambing yang sangat rumit. Salah satu symbol dalam lambangnya adalah banteng. Lambang ini disahkan pada 23 Oktober 1917. Sepuluh tahun sebelum PNI didirikan 4 Juli 1927 dan empat belas tahun sebelum Partai Indonesia (Partindo) didirikan 30 April 1931.
Lalu lambing banteng itu diambil menjadi lambang PNI oleh Soekarno atas izin dari H.O.S Tjokroaminoto yang tak lain adalah menantu Bung Karno. Tjokroaminoto mengizinkannya karena pada saat itu SI telah menyederhanakan lambangnya hanya dengan Bulan Bintang.
Bung Karno menyederhanakannya dengan hanya menjadi kepala banteng saja. Lalu ketika PNI dibubarkan oleh Sartono, dan kemudian mendirikan Partindo, seluruh badan banteng yang mirip lambing SI dipakai lagi oleh Partindo.

B. Sejarah Pergerakan Sarekat Islam
Sejak pergantian nama menjadi Sarekat Islam, pergerakan SI menjadi sangat luas dan mengalami pasang surut. Masa perkembangan dan masa kememasan SI telah dijelaskan pada pembahasan terdahulu. Kini akan menjaelaskan mengapa SI mengalami kemerosotan.
Terjadinya pemberontakan Toli-Toli pada tanggal 5 Juni 1919 dan pemberontakan rakyat di Cimareme. Dalam pemberontakan tersebut, SI sebenarnya tidak tersangkut. Namun pemerintahan kolonial menganggap SI ada hubungannya dengna pemebrontakan tersebut. Maka mereka bertidak keras terhadap SI. Akibatnya jumlah anggota SI merosot. Sebab-sebab tersebut diperhebat dengan munculnya propaganda komunis. Pada waktu itu, telah berdiri perkumpulan Indisch Sociaal Democratische Verengining (ISDV). Yang dipimpin oleh Sneevliet dan Semaun. Prrkumpulan ini melakukan inflitrasi kedalam tubuh SI. Semaun memimpin dua organisasi, yaitu sebagai Ketua Cabang SI Semarang dan ketua ISDV. Sesudah Revolusi Bolsevik di Rusia pada Oktober 1917, ISDV menyatakan diri sebagai organisasi komunis dengan nama Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 23 Mei 1920.
Pada tahun 1923, SI mengadakan kongres yang ketujuh di Madiun. Memutuskan untuk mengganti CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Setelah ebrganti nama menjadi PSI, perkumpulan ini kegiatannya sebagai berikut.
ü Menjalin hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri yang disebut Pan Islamisme. Ide ini dikemukakan oelh H. Agus Salim.
ü PSI bersama Muhammadiyah mendirikan badan All Islam Congress di Garut pada 21 Mei 1924.
ü Karena Volksraad dianggap tidak menguntungkan, maka PSI menjalankan politik non koperasi.
ü Pada tahun 1927 organisasi ini mengubah haluannya menjadi mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan Agama Islam.
PSI meningkat menjadi gerakan kebangsaan pada tahun 1927. Pada saa itu, PSI mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perubahan itu terjadi karena masuknya Dr. Sukiman dalam PSII. Masuknya Dr. Sukiman menimbulkan perpecahan di tubuh PSII. Golongan Tjokroaminoto dan H. Agus Salim (golongan tua) tidak setuju dengan cara-cara Dr. Sukiman (golongan muda). Dr. Sukiman kemudian dipecat dari PSII. Ia mendirikan partai baru yaitu Partai Islam Indonesia (PII). Namun ternyata akibatnya sangat buruk. Maka tak ada cara lain kecuali PSII mencabut pemecatan Dr. Sukiman. Akan tetapi tenyata tidak bertahan lama. Akhirnya Dr. Sukiman keluar lagi dari PSII. Perpecahan dalam tubuh PSII terus berlanjut dengan keluarnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Akhirnya, PSII terbagi menjadi beberapa aliran, yaitu aliran Kartosoewirjo, aliran Abikusno, dan aliran Sukiman. Hal itu mengakibatkan kerugian pada gerakan islam sendiri, yaitu kedudukannya sebagai partai besar mengalami kemunduran.

C. Ideologi Sarekat Islam
Ideologi yang dibawa oleh SI adalah nasionalisme yang berbasis Agama Islam. Namun infiltrasi yang dilakukan oleh komunis menyebabkan perpecahan ditubuh SI karena perbedaan ideology. SI terpecah menjadi SI Putih dan SI Merah. SI Putih dipimpin oleh Tjokroaminoto dan H. Agus Salim. Sementara SI Merah dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Jiwa besar para pemimpin SI dalam menghadapi komunisme masih jelas dalam kongres tanggal 2-6 Maret 1921. Dalam kongres ini H. Agus Salim memegang peranan penting. Karena ia diserahi tugas bersama Semaun y=untuk menetapkan dasar-dasar baru sebagai pengganti dasar 1917 yang pada pokoknya menentukan bahwa penjajahan dalam bidang politik dan ekonomi itu disebabkan kapitalisme. SI masih memberikan hati kepada kaum komunis yang diwakili Semaun dan Darsono. Mereka sebagai ketua dan wakil ketua PKI di samping masih memegang jabatan sebagai pengurus SI. Mereka pun tetap berusaha berada dalam SI dengan meksud agar dapat menggantikan inti batin organisasi dari Islam menjadi Komunis.
Namun dalam kongres luar biasa SI pada tahun 1921, Semaun dan kawan-kawannya dikeluarkan dari SI. Mereka mengubah nama SI Merah menjadi Sarekat Rakyat. PKI menyatakan Sarekat Rakyat sebagai organisasi bawahannya.

D. Kondisi Rakyat Indonesia di Masa Penjajahan
Kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan penuh dengan ketidak adilan. Sebagai warga pribumi, rakyat Indonesia dianggap sebagai penduduk kelas tiga. Istilahnya kaum sana (penjajah) dan kaum sini (terjajah).Adapun pembagian kependudukan dalam masa penjajahan Belanda adalah:
ü Bangsa Belanda
ü Bangsa keturunan, seperti orang Arab, Toinghoa dan lain-lain
ü Bangsa Pribumi (Indonesia)
Sementara dalam penjajahan Bangsa Jepang, kasta tersebut yang diubah adalah kedudukan bangsa aasing kecuali Bangsa Jepang dijadikan sebagai penduduk nomor dua. Di lain pihak penduduk pribumi tetap menempati kasta kelas tiga.
Hal ini menyebabkan kesulitan yang luar biasa bagi kebanyakan rakyat negeri ini. Sementara taktik yang dilakukan oleh para penjajah semata-mata untuk menarik simpati rakyat saja. Seperti Politik Etnis di masa Belanda, ataupun pembentukan berbagai organisasi di masa Jepang dan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar selain Bahasa Jepang. Namun demikian, keadaan yang sulit itu bukan sebagai alas an untuk bangsa kita dalam menghentikan pergerakan. Justru mereka banyak memanfaatkan segala fasilitas yang berikan oleh kaum penjajah untuk kepentinagn bangsanya. Karena itulah tidak aneh apabila pada akhirnya, dari kehidupan yang sangat sulit itu kemerdekaan bangsa kita dapat digapai.

2 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum. Syukron, al-hamdu liLLAAH, jazaakumuLLAAH ahsanal jazaa fiddunyaa wal aakhiroti. Kami yakin, sekecil apapun... tulisan sahabat akan bermanfaat bagi umat dan bangsa ini. Billaahi fii sabiilil haq.

    BalasHapus
  2. Assalaamu'alaikum. Syukron, al-hamdu liLLAAH, jazaakumuLLAAH ahsanal jazaa fiddunyaa wal aakhiroti. Kami yakin, sekecil apapun... tulisan sahabat akan bermanfaat bagi umat dan bangsa ini. Billaahi fii sabiilil haq.

    BalasHapus