Rabu, 10 Februari 2016

Konstruksi berpikir kalangan Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah apatisme Islam. Segala sesuatu yang berbaukan Islam dinilai melalui kacamata apatis.
KBBI menuliskan bahwa apatis adalah sikap acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh. Dengan kata lain kita bisa ambil bahwa apatis itu bersikap tidak peduli, masa bodoh, acuh tidak acuh, hilangnya rasa simpatik, tidak berperasaan, pudarnya ketertarikan dan padamnya antusiasme terhadap segala sesuatu yang berbau Islam. Mempertanyakan hal-hal yang mendasar bukan untuk memupuk keimanan melainkan sebagai bentuk sindiran baru terhadap Islam itu sendiri.
Sikap ini dalam kerangka yang terburuk akan melahirkan Apateisme.
Wikipedia menuliskan bahwa Apateisme, juga dikenal sebagai ateisme praktis atau pragmatis, adalah tindakan apatis, mengabaikan atau ketidaktertarikan terhadap kepercayaan. Dalam kata lain, apateisme adalah seseorang yang menganggap keberadaan tuhan tidak berarti atau tidak relevan terhadap kehidupan sehari-harinya.
Maka dalam prakteknya, kalangan JIL giat sekali mempertanyakan fundamen-fundamen Islam demi menggoyahkan keimanan kaum muslimin. Dipertanyakanlah sistematika wahyu Al Quran, dimunculkanlah dugaan bahwa Jibril salah alamat menyampaikan wahyu, hingga yang sedang in adalah kebenaran kisah Sodom kaum Nabi Luth yang diazab Allah karena perilaku LGBT-nya.
Tujuan yang ingin dicapai adalah pendangkalan aqidah secara masif. Hingga dengan sendirinya nanti, para pemeluk Islam hanya akan memeluk bayangannya sendiri, bukan lagi memeluk Islam yang otentik. Tentu saja, ini sesuai dengan pesan-pesan sponsor JIL yang menghendaki akar Islam tercabut dari hati kaum muslimin.
Seni kita dalam menghadapi propaganda JIL adalah ghazwul fikri. Memumpunikan wawasan dan pemikiran, sebab medan berperangnya memang di sana. JIL tidak ubahnya anak-anak ideologis Abdullah bin Ubay gembong munafik Madinah. Terhadap Abdullah bin Ubay, Rasulullah tidak melakukan tindak kekerasan. Cukup dilawan dengan debat-debat yang jitu. Dan membiarkan nanti kaumnya sendiri yang memvonis kelakuan Abdullah bin Ubay yang menyimpang dari Islam.
Tidak perlu difatwakan semisal, "Telah halal darah si fulan karena bergabung dengan JIL," tidak perlu itu. Sebab, Rasulullah sendiri melarang Abdullah bin Abdullah bin Ubay untuk memenggal leher ayahnya yang selalu menyerang Rasulullah dengan kata-kata yang tajam dan menyakitkan.
Rajin-rajinlah membaca buku-buku ke-Islaman dan rajin berdiskusi ke-Islaman demi menambah ilmu dan keimanan kita menghadapi perang opini JIL ini. In syaa Allah. []

HD Gumilang*
*Kontributor Peradaban

0 komentar:

Posting Komentar