Rabu, 10 Juli 2013


Sahabatku, dalam Islam, kepemimpinan adalah urusan yang sangat esensial karena dipundak seorang pemimpinlah segenap komando diamanahkan guna mengayomi umat.

Seorang pemimpin yang baik tentulah harus meneladani kepribadian mulia dari Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam.

Hendaknya ia memiliki sifat fathanah, amanah, shiddiq, dan tabligh yang menghiasi akhlaq kesehariannya.

Dan tentu saja memperjuangkan syariat agar tegak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bagaimana jika dalam praktiknya pemimpin yang ada saat ini kurang memuaskan kita, katakanlah dia tidak pro syariah, jauh dari nilai al Qur'an dan sunnah, dan lain sebagainya.

Apakah kita harus mentaati kepemimpinannya?

Tentu saja kita harus memperjuangkan guna melahirkan sosok pemimpin ideal, pemimpin idaman umat, tak cukup hanya dengan beretorika. Tidak cukup hanya dengan mengkritik namun tidak menawarkan solusi yang nyata. Tidak cukup hanya dengan mengemukakan perbedaan pandangan saja namun lupa bekerja untuk mewujudkannya.

Ibn Taimiyah mengatakan, penguasa yang zalim lebih baik daripada tidak ada pemimpin sama sekali
Bukan berarti ini melegalkan kepemimpinan seorang pemimpin yang zalim, namun justru sebagai teguran tegas bahwa suksesi kepemimpinan dalam Islam harus terus berjalan bagaimanapun kondisinya, jangan sampai kosong, dan tugas umat Islam untuk memperjuangkannya.

Karena bagaimanapun pemimpin seorang muslim yang taat lebih diutamakan daripada seorang pemimpin yang zalim, seperti yang ditegaskan oleh Hamka.

Jika yang kemudian terjadi adalah pemimpin yang ada saat ini belum memenuhi kriteria ideal, cukup patuhi perintahnya yang tidak bertentangan dengan syariat, sedangkan apabila bertentangan tidak ada kewajiban untuk mentaatinya, sebab dia sebagai pemimpin bertanggungjawab atas kejahatannya dan rakyatnya tidak akan menanggung kesalahannya.

0 komentar:

Posting Komentar