Kamis, 21 April 2011

Gagalnya Historiografi Indonesiasentris
Bambang Purwanto
Penerbit Ombak
Tahun 2006
300 halaman


Pada bagian pembuka buku ini, penulis mengemukakan sebuah pertanyaan yang kritis mengenai historiografi Indonesia, pertanyaan itu adalah apa ciri historiografi Indonesia yang tentunya dalah sebagai kontra dari penulisan sejarah yang telah dibakukan oleh pemerintah kolonial Belanda yang sangat kita ketahui sarat dengan unsur kepentingan mereka dalam rangka menguasai negeri ini.


Dalam bahasa sederhana, kemunculan historiografi Indonesia merupakan antitesis atas pembenaran Sejarah yang telah diberlakukan oleh kolonial dan menjadi sebuah dekolonialisasi sejarah Indonesia.

Pada dasarnya ketika penulisan sejarah Indonesia berprinsipkan menghilangkan aspek aspek kolonial dalam sangkut paut sejarah sebagai imbas dari idealisme historiografi Indonesia sentris, maka banyak hal yang muncul pada akhrinya. Semisal timbulnya sejarah yang anakronis dalam memahami suatu peristiwa sejarah. Persfektif ini disebabkan oleh peranan sejarah yang ingin menghilangkan kultur kolonial itu sendiri. Padahal jika kita ingin menyadari, tidak ada suatu peristiwa sejarah dimana aktor utamanya adalah aktor tunggal. Pasti selalu ada minimal dua aktor yang menyebabkan sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam konteks ini adalah aktor kolonial Belanda sebagai pemicu peristiwa sejarah bangsa ini terjadi disamping aktor (peran) dari orang Indoensia itu sendiri. Pada akhirnya prinsip dekolonialisasi sejarah yang pada awalnya hanya untuk mengeliminasi peran dan pengaruh kolonial dalam lintas waktu sejarah Indonesia dalam konteks rekontrusksi sejarah, malah menjadi sebuah pembenaran yang padahal menjadikan tradisi sejarah itu jauh dari kesan kritis bahkan menimbulkan sebuah kesan parsial dalam historiografi dan motifnya adalah kepentingan politik ideologis yang tidak mengakui adanya keberagaman peran sejarah.

Menurut penulis, historiografi Indonesia sentris yang idealnya adalah sebagai antitesis atas lahirnya historiografi kolonial, telah gagal mengembangkan perannya. Hal ini disebabkan oleh, meskipun pada dasarnya telah mengarah kepada pembenaran secara konseptual, namun terkesan masih ragu ragu atau tidak ada ketegasan dalam pengambilan sikap.

Selain itu dalam aspek penulisannya sendiri, kata penulis tidak jauh bedanya dengan historiografi kolonialsentris. Sering pula munculnya ketidak seimbangan antara fakta masa lalu dengan fakta yang belakangan ditemukan sampai sekarang.

Selain itu kemunculan historiografi Indonesia sentris sebenarnya tidak lepas dari dampak kemunculan rezim orde baru. Historiografi Indonesia sentris lahir sebagai upaya pelurusan sejarah yang disebut-sebut telah diselewengkan oleh orde baru untuk kepentingan mereka. Sayangnya, meskipun muncul sebagai sebuah idealisme yang besar, namun dalam praktek di lapangan belum muncul secara optimal sebuah penulisan sejarah yang objektif, kirtis dan faktual.

Sumber sejarah yang objektif masih banyak yang mubadzir karena tidak terangkat dengan alasan kekurangan dasar epistemologi dan metodologi. Oleh karena itu, sebagai sejarawan harus jeli dan teliti dalam merekonstrusi sejarah. Intinya sejarah bukanlah sesuatu yang mutlak sehingga tidak dapat dirubah atau direkonstruksi kembali kebenarannya secara ilmiah. Karenanya sebuah rekotruksi sejarah mutlak dilakukan, dengan catatan ditemukannya sumber-sumber baru yang dapat merubah paradigma sebelumnya terhadap sebuah peristiwa.

0 komentar:

Posting Komentar